Tandur adalah sebutan untuk
menanam padi di sawah dilakukan setelah
pengolahan lahan tahap demi tahap, kata tandur di daerah jawa Barat di
khususkan untuk menanam padi,sedangkan untuk menanam selain padi biasanya
disebut “ melak “,contohnya seperti “
melak hui ( menanam ubi ) atau melak bonteng ( menanam mentimun ) pepelakan
artinya adalah tanaman.
Kalau di Jawa Timur
utamanya daerah Pasuruan dan sekitarnya kalimat Tandur dipakai untuk hampir segala tanaman di sebut
tandur seperti “ Tandur puhung ( menanam
singkong ) tandur ucet ( menanam buncis
) tanduran ( Tanaman ) pokoknya apa saja
yang ditanam disebut tandur. Termasuk tandur pare ( tanam padi )
Dulu di daerah Jawa menanam padi secara acak artinya tidak ada ukuran khusus yang penting
padinya tumbuh,ahirnya pada waktu itu Jepang menemukan cara lain untuk penanam padi,itulah sebabnya pada
waktu itu produksi padi kurang maksimal bahkan dibawah rata-rata hasil panenanya,
Setelah melaui serangkaian percobaan oleh para Insinyur
pertanian Jepang bahwa jarak tanam yang
ideal untuk menanam padi adalah dari
jarak rumpun yang satu ke lainya sekitar
20 / 25 cm,tergantung benih yang akan ditanam dan hasil panenya sangat
memuaskan,dengan kata lain sesuai
harapan.
Cara tanam ini dilakukan dengan berjalan membungkuk mundur
oleh karena itu disebut tandur, cara
ini dilakukan agar benih padi yang telah ditanam tidak terinjak oleh kaki
petani yang menanamnya, cara menanamnya yaitu ibu jari, telunjuk dan jari
tengah memegang pangkal batang dekat akar benih lalu ditancapkan ke dalam
tanah.
Ada juga yang
dilakukan dengan berjalan membungkuk kedepan, akan tetapi penamaan ini tidak
berubah masih tetap saja tandur. benih
padi tersebut ditanam diantara pertemuan garis lurus yang memanjang dan memotong
pada satu petak sawah, sehingga tampak rapih dan berbaris sesuai dengan garis taplakan.
Pada jaman Jepang,
tandur menggunakan bambu karena belum ditemukan taplakan / alat untuk memberi
jarak tanam di sawah. Jadi menanam padi dengan mengikuti ruas bambu. Kalau ada
petani yang tidak mengikuti aturan Jepang ( tidak sejajar ) maka si jepang
tidak segan-segan untuk menampar si petani tersebut.
Akan tetapi pada kenyataannya inovasi teknik tersebut
membuahkan hasil bahkan sampai hari ini masih tetap dilakukan oleh masyarakat
yang ada di Seluruh Indonesia. Pada masa Penjajahan militer Jepang, “petani
menduduki status peringkat kedua (setelah samurai)” Kurasawa (1993:21). Secara
teoritis petani pada masa itu menikmati kedudukan yang lebih tinggi daripada
pedagang dan pengrajin, sekalipun kedudukan ekonomi mereka sesungguhnya yang
terendah.
Artikel keren lainnya:
Tandur yang dilakukan secara manual tentu masih banyak dilakukan, terutama di desa-desa, kebanyakan yang melakukan tandur adalah ibu-ibu. Sekarang, sudah mulai ada yang menggunakan teknologi. Sebagaimana panen padi, untuk sawah-swah yang kering banyak yang menggunakan mesin pemanen padi.
BalasHapusMungkin dimasa yang akan datang kita juga bisa menggunakan mesin pemanen.mudah2an biar pertanian kita lebih maju lagi.
Hapus